Minggu, 04 April 2021

Cara Menyingkir Dari Efek Samping Tumbuhan Obat Tradisional Atau Herbal

 

Cara Menghindari Efek Samping Tanaman Obat Tradisional atau Herbal Cara Menghindari Efek Samping Tanaman Obat Tradisional atau Herbal
Tanaman Obat Tradisional atau Herbal


Namun demikian, walaupun kecil imbas sampingnya, bukan memiliki arti tanpa imbas samping. Obat tradisional atau herbal tetap mempunyai imbas samping. Efek samping yang mungkin terjadi mampu dihindari antara lain dengan memerhatikan beberapa hal.

1 Ketepatan bahan

2 Ketepatan dosis

3. Ketepatan waktu

4. Ketepatan cara penggunaan.

5. Ketepatan berita

6. Ketepatan pemilihan, 

7. Tanpa penyalahgunaan


1. Ketepatan Bahan

Setiap flora obat memiliki khasiat tersendiri, efek terapi akan ditentukan juga oleh penggunaan jenis materi, penggunaan dengan jenis bahan yang salah akan menghalangi penyembuhan, begitupun sebaliknya penggunaan bahan yang tepat akan membantu proses penyembuhan Namun, perlu disadari flora obat di Indonesia berisikan beragam spesies yang kadangkala sukar untuk dibedakan satu dengan yang lain.

Sebagai teladan lempuyang, di pasaran ada beberapa jenis yang agak susah untuk dibedakan satu dengan lainnya. Lempuyang emprit (Zingiber amaricans) mempunyai bentuk yang relatif lebih kecil, berwarna kuning dengan rasa yang pahit. Lempuyang emprit ini memiliki kegunaan sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang kedua adalah lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang mempunyai bentuk lebih besar dan berwarna kuning, jenis ini pun memiliki kegunaan selaku penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga yaitu lempuyang anyir (Zingiber aromaticum) yang mempunyai warna agak putih dan berbau harum Tidak semua kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki khasiat selaku pelangsing (Sastroamidjojo S, 2001).

2. Ketepatan Dosis

Selain ketepatan jenis obat dengan penyakit yang diobati, hal yang juga penting yakni ketepatan takaran. Tanaman obat, seperti halnya obat produksi pabrik memang tidak mampu dikonsumsi asal pilih. Ketepatan takaran akan membentuk proses penyembuhan. Kelebihan dosis mampu menjadikan imbas samping yang tidak dikehendaki. Walaupun efek samping relatif kecil, namun tetap ada.

Buah mahkota dewa, misalnya, cuma boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan, daun mindi gres berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu. (Suarni, 2005)

Salah satu imbas samping tanaman obat dapat digambarkan dalam flora Pare atau Paria (Sunda). Pare, yang sering dipakai selaku lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi kesehatan. Pare alias paria ( Momordico charantia) kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid. Pare mengandung alpha-momorrchorin, beta-momorchorin dan MAP30 (Momordica antiviral protein 30) yang berguna sebagai an HIV-AIDS (Grover JK dan Yadav SP, 2004), (Zheng YT, et al., 1999). Akan namun biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai acara anti spermatozoa sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria

Konsumsi pare dalam jangka panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau sayur dapat mematikan sperma, memicu impotensi merusak buah zakar dan hormon pria, bahkan memiliki potensi menghancurkan liver (Basch E, et al., 2003), (Lord MJ, et al., 2003)).

Bagi wanita hamil, seharusnya konsumsi pare dibatasi alasannya adalah percobaan pada tikus menunjukkan pertolongan jus pare menjadikan keguguran.

3. Ketepatan Waktu Penggunaan

Kunyit diketahui berfaedah untuk meminimalkan nyeri haid dan telah bebuyutan dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan (Sastroamidjojo S, 2001). Akan tetapi, bila diminum pada permulaan periode kehamilan riskan mengakibatkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional memilih tercapai atau tidaknya efek yang dibutuhkan.

4. Ketepatan Cara Penggunaan

Satu tanaman obat mampu memiliki banyak zat aktif yang berguna di dalamnya. Masing-masing zat berguna kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berlainan dalam penggunaannya. Sebagai teladan yakni daun kecubung bila dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan dipakai selaku obat asma. Tetapi kalau diseduh dan diminum mampu menjadikan keracunan/mabuk. (Paterrson S, dan O'Hagan D., 2002)

5. Ketepatan Telaah Informasi

Perkembangan teknologi gosip saat ini mendorong derasnya arus berita yang mudah untuk diakses. Informasi yang tidak disokong oleh wawasan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup kadang-kadang mendatangkan hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan mampu menimbulkan obat tradisional berbalik menjadi materi yang membahayakan Contohnya, isu di media massa menyebutkan bahwa biji jarak (Ricinus communis L) mengandung risin yang jika dimodifikasi mampu digunakan sebagai antikanker (Wang WX, et al, 1998). Risin sendiri bersifat toksin/ racun sehingga jikalau biji jarak dikonsumsi secara pribadi mampu menimbulkan keracunan dan diare (Audi J. et al, 2005), (Sastroamidjojo S, 2001)).

6. Ketepatan Pemilihan Obat untuk Indikasi Tertentu

Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berguna untuk terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi pendapatdalam penyeleksian jenis flora obat yang mau digunakan dalam terapi.

Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang berguna untuk pengobatan diabetes. Akan namun, daun tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang mampu mengakibatkan penurunan leukosit (sel sel darah putih) hingga kurang lebih 30%, jadinya penderita menjadi rentan terhadap penyakit jerawat (Bolcskei H, et al., 1998), (Lu Y, et., 2003), (Noble RL, 1990), (Wu ML, et al., 2004). Padahal pengobatan diabetes membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga daun tapak dara tidak tepat dipakai selaku antidiabetes melainkan lebih sempurna digunakan untuk pengobatan leukemia.

7. Tanpa Penyalahgunaan

Tanaman obat maupun obat tradisional relatif gampang untuk ditemukan karena tidak memerlukan resep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan faedah dari flora obat maupun obat tradisional tersebut

Contoh penyalahgunaan yang mungkin mampu terjadi:

a. jamu peluntur untuk telat bulan sering disalahgunakan untuk aborsi kandungan. Risiko yang terjadi ialah bayi lahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi abses bahkan kematian

b. menghisap kecubung sebagai psikotropika;

С. penambahan materi kimia obat.




Source: 

Sopandi, 2016, Tanaman Obat Tradisional (jilid III),PT sarana panca karya nusa. H. 6 - 9


Sumber https://www.mooreyi.com/


EmoticonEmoticon